PAPUA AKAN HILANG - ANALISIS SOSIAL GLOBAL
oleh
DOMAIN YSKP - PAPUA BARAT
Asumsi saya bahwa suatu saat, Papua akan hilang. Mengamati
fenomena sosial di Papua dari hari ke hari penuh ketaksaan (ambiguitas)
dan seperti buah semalakama (ambivalensi). Saya melihat gejala yang kuat
mengarah pada penghilangan Kepapuaan nanti. Alasan kuat yang mendasar
adalah, contoh kecil saja bahwa pendatang yang berkunjung ke Papua
cenderung tidak menghargai Identitas papua sebagai local etnic asli, hal
itu terlihat seperti arsitek pendatang yang ditampilkan di papua, "masa
arsitek toraja bisa dibangun di papua". Dimana pemerintah? bagaimana
fungsi kontrolnya?. Saat sekarang ini pun generasi muda papua cenderung
bergaya asing tanpa sadar mereka ikut meruntuhkan sistem nilai Papua,
contohnya kebanyakan generasi sekarang tidak lagi fasih berbahasa
daerah, bahkan ada yang tidak mengetahuinya sama sekali. Fulgarisme
style aneh yang sedang dipertontonkan oleh generasi sekarang, bahkan ada
beberapa anak mudah yang kami tanyakan mengapa tidak fasih bahasa
daerahnya, malah ia berkata ah kuno, bikin malu saja pake bahasa.
Ditambah lagi ketidak cintaanya kepada nilai-nilai cultur Papua
menjadikan pribadi generasi Papua yang miskin papa dan kehilangan
identitas. Bila seseorang kehilangan identitasnya, maka akan ada dua hal
yang terjadi dalam hidupnya, 1. Hak-haknya akan digeser oleh pendatang.
2. Dia akan dianggap sebagai orang asing, dan sebaliknya dia akan
merasa asing diatas tanahnya sendiri.
inilah salah satu hal yang
membuat Pribumi Papua tergeserkan dari tanahnya. Menurut kami, semua
orang pendatang yang datang ke Papua, termasuk masyarakatnya, sudah
tidak lagi mengindahkan nilai-nilai budays Papua yang ada. Banyak
bangunan dibuat seenaknya, bahkan nyawa orang papua pun dicabut
seenaknya bila mana ada yang mempersoalkan etnic-identitas. Pola hidup
yang tidak memperhatikan nilai-nilai tradisi local wisdom Papua.
Pemerintah juga kurang peduli dengan tata-aturan dalam pembangunan
daerah yang berpihak kepada sosial, budaya dan religi Papua berdasar
atas asas UU. 21, 2001. tentang OTSUS, dan UU. No. 30. 2008. tentang
kewenangan khusus bagi daerah OTSUS yang tujuannya menyentuh masyarakat
sesuai dengan sosial budaya setempat. Kami berasumsi bahwa pemerintah
daerah Papua tidak fokus melihat Papua, mereka cenderung berorientasi
mengejar proyek, dan menjadikan pendatang sebagai investasi politik masa
bagi kepentingan politik ke depan.
Pernyataan kami diatas
diabstraksikan dalam dua premis. 1. Bahwa kekayaan Ppua yang menggiurkan
dan menjanjikan itu masih berada dalam "satu kesatuan wilayah
geopolitik indonesia" sehingga warga indonesia dari sabang - ambon
berhak untuk mengunjungi atau mungkin menetap di wilayah-wilayah
tertentu dimana itu masih berada di dalam kerangka negara yang bernama
indonesia. 2. Mungkin sebagai suatu strategi penghancuran ideologi
tentang kepapuaan. ada seorang kerabat saya dari Austria namanya
"Kristian warta" mengatakan bahwa, jika identitas sebuah suku itu
hilang, maka suku itu juga dianggap hilang. Disandingkan dengan grafik
urbanisasi penduduk non papua yang membanjiri Papua setiap kapal yang
kurang lebih 2.700 orang pendatang, mengigatkan saya pada ungkapan
tersebut, apalagi perkembangan generasi muda yang sudah keluar jauh dari
identitasnya, pasti sangat gampang tergusurkan.
Secara empiris,
perpindahan penduduk atau urbanisasi di Indonesia adalah imbas
kesenjangan pembangunan dan pengembangan antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Akibat pertahanan etnic-identitas yang rapuh dan
dibarengi dengan lemahnya kontrol pemerintah setempat mengakibatkan
penduduk setempat beserta adat istiadat dan budaya (cultur,
etnic-identitas) tergusur ke pinggiran dan "menonton" dinamika
pembangunan yang merujuk pada akulturasi, sambil memprediksi apa,
bagaimana dan kapan harus menguasai tanah dan kekayaan disekitarnya
sambil memperkuat ekonomi pribadi.
Harapan
saya, ketika mengungkapkan ini, semoga generasi Papua sadar dan
pemerintah daerah harus mengambil andil dalam menyusun harkat dan
martabat etnic-identitas guna eksistensi KEPAPUAAN.
salam hangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar